Sabtu, 28 April 2012

Episode Gila

tiba tiba cerita itu populer lagi dalam visualku, padahal cerita itu sungguh sangat lama mungkin sudah hampir 19 tahun aku melewati masa itu.
berputar, menari di iringi musik senyap hepar yang terdeteksi ada sesuatu kegalauan sejak saat itu. cerita dengan berjuta judul dan episode hampir membuatku gila, menagis meraung raung menjijikan.
iiihhh.........kelakuan yang tak seharusnya ada dalam usia ini, tapi.....bagaimana akku bisa melepaskan kungkungan cerita yang tak seharusnya muncul sekarang.
berlari??? => di tengah malam seperti ini, makin menguatkan statment kalau aku benar gila
terak??? => bisa bisa piring, sandal, air seember melayang ke badan mungilku ini.atau alarm menjengkelkan itu berbunyi hingga seisi penghuni kotak bangun.
menangislah akhir dari sebuah pilihan peluapaan, dari pada aku gila disini.
aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa.....................................kenapa sih harus menjadi populer di masa aku tidak mengingnkanmu.
tau gag? kamu akan semakin meyakinkan diriku bahwa aku bukan siapa siapa, tak bernilai, tak berharga, tak ada yang menginginkanku.
bersusah payahnya aku menghilangkan citra burukku ini hingga berkelana, tiba tiba dengan seenaknya kamu hadir dan populer!!! aku tidak terima ini...!!!!
atau apakah kamu mau melihatku hancur dan gila di sini...???
tidaaakk....................!!! pergilah ku mohon........ ;( hikz...hikz.....
pergi............................!!!!!!!
jangan ganggu aku........ ;(




Jumat, 13 April 2012

Kader dan Masa Depan Persyarikatan


Rencana strategis program nasional bidang kaderisasi—Tanfidz Keputusan Muktamar ke-45—menyatakan:   “Membangun kekuatan dan kualitas pelaku gerakan serta peran dan ideologi gerakan Muhammadiyah dengan mengoptimalkan sistem kaderisasi yang menyeluruh dan berorientasi ke masa depan.” Ada tiga kata kunci dalam rencana strategis tersebut: pelaku gerakan; ideologi gerakan Muhammadiyah; dan sistem kaderisasi. Khusus yang diistilahkan dengan  ”pelaku gerakan” cakupan subjeknya terdiri dari: pemimpin, kader, dan anggota/warga Persyarikatan.
Dalam ruang lingkup dan dinamika gerakan Muhammadiyah, maka secara organisatoris ketiga subjek tersebut saling membutuhkan dan pengaruh-mempengaruhi. Misalnya, seorang pemimpin pasti membutuhkan anggota/warga, baik sebagai  basis legitimasi kepemimpinan maupun  untuk kepentingan pelibatan mereka dalam berbagai program dan agenda kerja yang sudah dirancang. Terlebih lagi posisi kader, maka keberadaannya juga lebih strategis dan menentukan bagi bagi kemajuan organisasi. Nilai lebih ini karena kader menempati posisi signifikan di antara pemimpin dan anggota: sebagai tenaga pendukung tugas pemimpin serta menjadi penggerak dan pendinamis aktivitas partisipatif anggota/warga.
Secara leksikal kader (bahasa Perancis: cadre) merupakan bagian inti, pusat atau bagian terpilih yang terlatih. Dalam bahasa Latin adalah quadrum, yang berarti empat persegi panjang, bujur sangkar atau kerangka yang kokoh. Dengan demikian kader merupakan kelompok elite strategis dan terlatih yang samapta dengan kecakapan, kualifikasi dan nilai-nilai lebih yang harus dimilikinya.
Untuk menjadi kader seperti dalam pengertiannya tadi tentu tidak bisa terwujud secara instant dan begitu saja. Terbentuknya sosok kader seperti itu adalah melalui penempaan dalam latihan dan proses didik diri yang berkelanjutan di forum perkaderan, baik yang dikategorikan sebagai perkaderan utama maupun fungsional.
Forum perkaderan sebagai wahana didik yang intensif, bisa dijadikan ajang untuk menyeleksi kader dalam kualitas dan kualifikasinya, termasuk untuk menilai potensi  dan kapasitas kepemimpinannya. Dengan begitu, intensitas kaderisasi yang dilakukan oleh Persyarikatan dan Ortom AMM dalam berbagai jenis dan bentuknya yang berbobot menjadi investasi bagi masa depan Muhammadiyah.
Kader yang berkualitas dan proses kaderisasi yang mapan menjadi qonditio sine qua non bagi terlaksananya regenerasi dan alih estafeta kepemimpinan dalam sebuah organisasi. Sekaligus dengan upaya itu pula regenerasi yang bertumpu pada kaderisasi dapat menjamin kesinambungan dan pengembangan organisasi di masa depan secara dinamis, sesuai dengan ideologi dan identitasnya yang dikontekstualisasikan untuk menjawab tuntutan dan perubahan zaman.
Identitas dan keberadaan pemimpin serta kader merupakan komponen organisasi yang  tidak boleh tidak mesti dirawat dan dikembangkan. Upaya ini menjadi tanggung jawab yang besar dan sekaligus berat terutama bagi pemimpin Persyarikatan, sementara  pemimpin dan kepemimpinan itu sendiri merupakan bagian dari anasir yang terpenting dan fundamental dalam mengintensifkan gerakan  dan mengembangkan dinamika Muhammadiyah ke depan.
Dengan kata lain, aktiva dan pasiva gerakan Muhammadiyah untuk membuktikan identitas tersebut akan ikut ditentukan oleh kualitas kader dan kinerja kepemimpinan yang dijalankan oleh seluruh jajaran dan fungsionarisnya di semua lini.  Artinya, neraca gerakan Muhammadiyah dewasa ini–yang sudah memasuki  abad kedua–dan kelanjutannya ke depan yang tetap mengusung identitas tadi, tidak bisa dimungkiri lagi bakal ikut diwarnai dan ditentukan oleh kompetensi kader dan para elite yang saat ini diamanahi dalam struktur kepemimpinan Persyarikatan.
Dengan demikian, para kader dan orang-orang yang dipercaya menjadi pemimpin di Muhammadiyah itu, sesuai dengan levelnya masing-masing, memiliki amanah yang berat dan tanggung jawab yang besar untuk memajukan Persyarikatan serta mengembangkan sumberdaya kader dan anggotanya. Dalam konteks ini, selain memiliki integritas dan kredibilitas, kader dan pemimpin juga harus mempunyai kapabilitas, visi kepemimpinan yang jelas, dan kemauan untuk selalu meningkatkan kualitas dengan perkaderan atau memiliki tekad kuat untuk mau belajar dan berlatih guna memperbarui diri.
Kebutuhan akan sosok kader dan pemimpin yang amanah dan cakap serta model kepemimpinan yang responsif dan  partisipatoris, bukan saja karena kebutuhan intern Muhammadiyah yang urgen, tetapi juga mengingat tantangan dan problem eksternal Persyarikatan di masa depan yang semakin tidak ringan. Tantangan ini juga tidak lepas dari konstelasi dinamis dalam skup nasional dan global, baik dalam dimensi sosial, budaya, ekonomi, politik, maupun keagamaan.
Sebagai basis dan wadah kader Muhammadiyah, AMM seharusnya juga bisa menghasilkan kelompok-kelompok elite kader yang bisa diandalkan. Karenanya, keberadaan AMM di samping untuk senantiasa berupaya dalam menjaga eksistensinya, juga mempunyai fungsi dan peran strategis untuk menyuplai kader-kader terbaiknya bagi kepentingan Muhammadiyah. Bahkan keistimewaan (yang berarti juga menjadi beban moral) AMM, sebagai basis kader ternyata tecakup dalam “spektrum kekaderan”: kader Persyarikatan,  kader umat dan kader bangsa.Spektrum kekaderan IMM menunjukkan peran dan fungsinya yang  inklusif  bagi kepentingan hidup umat dan kejayaan bangsa melalui peranan mahasiswa muhammadiyah.
Seiring dengan perubahan dan perkembangan zaman, maka kebutuhan standar kader untuk saat ini dan masa yang akan datang akan berbeda dengan masa yang lalu. Karena itu, untuk selalu menampikan sosok kader yang siap pakai sesuai dengan zamannya, perlu diadakan upaya “revitalisasi kader IMM”. Langkah ini merupakan bagian terpenting dalam membangun format pengembangan sumberdaya kader.Melalui penerapan “transformasi kader” dan “diversifikasi kader” diharapkan akan lebih mempercepat proses pengembangan dan peningkatan kualitas kader IMM yang sesuai dengan kompetensi dan kapabilitasnya yang relevan dengan perkembangan zaman. Dengan kedua sistem tersebut, sedikit banyak akan bisa mengatasi problem kaderisasi dan menjadi ajang perkaderan yang kondusif untuk mempercepat “mobilitas vertikal” dan “mobilitas horizontal” kader IMM, baik dalam lingkup kepentingan internal Muhammadiyah maupun untuk merespons dinamika kebangsaan yang tidak bisa lepas dari percaturan globalisasi yang menggurita.

Rabu, 04 April 2012

Tulisannya ^_^

Malam kian larut dengan redupnya sang cahaya rembulan,
celoteh gerombolan burung malam, sesekali menghidupkan keheningan malam
dikala komunitas-komunitas burung yang lain tertidur pulas...
ringkikan suara jengkrik ikut memberi suara sumbang ditengah rerumputan yang berdiri kaku,
tiupan anginpun, ikut bersua dalam membelai lembut batang rumput yang kaku,
akankah celoteh dan bisikanmu, akan membangunkan rembulan yang terlelap tidur???
ataukah suara sayupmu menambah lelap tidur sang rembulan???


Selamat Tidur Rembulan-Rembulan Sejati,,,
semoga esok cahayamu akan kembali menyinari kehidupan bumi yang mulai sesak dengan rutinitas nilai benda dan materi...

Minggu, 01 April 2012

Pola Asuh Rosululloh Sebagai Pendidikan Berkarakter

Oleh: Herwina Bahar

(Dosen FIP UMJ dan Dekan FIP UMJ)
Herwina Bahar

Abstrak: Pola asuh pendidikan Rasulullah SAW sangat tepat sekali dijadikan sebagai basis pendidikan karakter pada anak, salah satu faktor penting kejayaan pendidikan Islam yang dijalankan Rasulullah SAW adalah karena beliau menjadikan dirinya sebagai model dan teladan bagi umatnya. Rasulullah SAW adalah al Qur’an yang hidup (the living Qur’an) yang langsung beramal, berbuat dengan ilmu yang didapat berdasarkan keimanan kepada Allah SWT. Rasul SAW sangat memperhatikan situasi, kondisi dan karakter anak yang berlandaskan pada kasih sayang, sehingga nilai-nilai Islami dapat ditransfer dengan baik. Suasana penuh kasih sayang mau menerima anak sebagaimana adanya, menghargai potensi anak, memberi rangsang-rangsang yang kaya untuk segala aspek perkembangan anak, baik secara kognitif, afektif, sosioemosional, moral, agama, dan psikomotorik. Diantara Pendidikan karakter yang perlu dikembangkan diantaranya  Karakter ketuhanan (thabi`iyah ilahiyyah); Komprehensif (at-Takamul), menyentuh berbagai aspek;  rohani-jasmani, akidah-syari`ah, ilmu dan amal; Realistik (Waqi`iyyah), dan universal (`Alamiyyah) mencakup waktu, tempat, dan umat. Pendidikan Islam senantiasa relevan dengan zaman, tempat dan bangsa. Dengan demikian pola Asuh Rasulullah sudah seharusnya menjadi basis pendidikan karakter karena akhlak mulia adalah tujuan diutusnya para nabi dan rasul. Hal ini ditegaskan Nabi Saw, “Sesungguhnya Aku diutus untuk menyempurnakan akhlak.” Dengan demikian pendidikan yang telah dicontohkan Nabi Saw, baik kandungan maupun metodenya dapat ditiru oleh umatnya, sehingga upaya dalam mewujudkan masyarakat Islam yang sebenar-benarnya dapat tercapai.