Dalam
dunia pendidikan yang masih belum mempunyai standarisasi adalah dalam
pelaksanaan kegiatan pembelajaran. Sangat sulit menerapkan standarisasi proses
pengajaran karena objek penilaiannya adalah manusia yang paradoks dan tidak
konsisten. Psikolog Abraham maslow yang mempelajari karakter manusia selama
lima puluh tahun tidak juga mampu mengetahui
dengan pasti keinginan manusia. Kerena sifat manusia itulah standarisasi
untuk pembelajaran pada manusia sulit.
Sistem
pangajaran memiliki prosedurnya sendiri, yang dikenal dengan istilah rencana
pengajaran atau lesson plan. Rencana pengajaran tidak bersifat mutlak dengan
nilai validasi sangat fleksibel mengikuti kecenderungan gaya belajar murid. Tak
ada satupun model lesson plan yang paling benar terhadap lesson plan lainnya.
Semuanya dapat dirancang sesuai kondisi belajar murid. Lesson plan juga tidak
bersifat abadi selama bertahun-tahun karena ia bersifat dinamis mengikuti gaya
belajar murid. Hanya saja, satu hal yang tidak boleh dilakukan guru ketika
mnegajar yaitu mengajar tanpa lesson plan. Karena hal itu bukti keprofesionalan
guru.
Kemudian
agar lesson plan tersebut berjalan dengan lancar diperlukan pembelajaran yang
menarik dan menyenangkan. Haltersebut bisa dibungkus dengan permainan,suasana
riang, bernyanyi, menari dan hal menyenangkan lainnya. Bukan dengan pendekatan
pembelajarn yang penuh dengan tugas berat apalagi dengan tingkat pengetahuan,
keterampilan dan pembiasaan yang tidak sederhana lagi, seperti paksaan untuk
membaca, menulis, berhitung dengan swgala pekerjaan rumahnya yang melebihi
kemampuan anak-anak.
Pada
usia lima tahun, umumnya anak-anak ( baik secara fisik maupun kejiwaan) sudah
siap untuk belajar hal-hal yang semakin tidak sederhana dan barada pada waktu
yang cukup lama disekolah. Setelah usia 3-2 tahun, anak mengalami perkembangan
yang cepat. Pada usia 6 tahun, umumnya anak-anak telah mengalami perkembangan
dan kecakapan bermacam-macam keterampilan fisik.mereka sudah dapat melakukan
gerakan seperti, melompat, menangkap, melempar dan menghindar. Mereka juga
sudah dapat neik sepeda mini atau sepeda roda tiga. Kadang untuk anak tertentu
keterampilan ini dikuasai pada usia 4-5 tahun.
Oleh
karena itu, menurut montessori, guru dan lingkungan memiliki beberapa pengaruh
terhadap perkembangan kecerdasan anak, sebagai berikut:
·
80%
aktivitas bebas dan 20% aktivitas yang diarahkan guru.
·
Melakukan
berbagai tugas dan mendorong anak memikirkan tentang hubungan dengan orang
lain.
·
Menawarkan
kesempatan untuk menjalin hubungan sosial melalui interaksi yang bebas.
·
Dalil-dalil
ditemukan sendiri, tidak disajikan oleh guru.
·
Aturan
pengucapan dapat melalui pengenalan pola, bukan dengan hafalan.
·
Setiap
aspek kurikulum melibatkan pemikiran.
Menurut
pendekatan high/scope, anak memiliki potensi untuk mengembangkan pengetahuannya
melalui interaksi dengan lingkungannya. Lingkungan belajar harus dapat
mendukkung aktivitas belajar.
Belajar
adalah proses perubahan perilaku berdasarkan pengalaman dan latihan.
(S.Nasution: 1985). Kemudian dari pengertian tersebut, unsur unsur belajar
adalah:
-
Proses/kegiatan,
dalam belajar akan terjadi proses atau kegiatan yang dilakukan oleh individu
yang sedang belajar, apakah kegiatan belajar diluar kelas atau didalam kelas.
-
Pengalaman,
ketika belajar individu melakukan interaksi dengan kegiatan belajar. Dari hasil
interaksi antara anak dan lingkungan belajar akan menimbulkan pengalaman
belajar.
-
Perubahan
perilaku yang merupakan hasil belajar, setelah seseorang belajar maka akan
berubah perilakunya baik pengetahuan sikap dan keterampilan.
Untuk
melaksanakan proses pembalajaran tidak hanya terbatas pada lesson plan dan
mengetahui unsur belajar saja, tapi diperlukan mengetahui prinsip belajar
karena mengetahui dan memahami prinsip belajar akan menentukan proses belajar.
Prinsip belajar
tersebut adalah:
·
Anak
adalah pebelajar yang aktif
·
Belajar
anak dipengaruhi kematangan
·
Belajar
anak dipengaruhi kematangan
·
Anak
belajar melalui kombinasi pengalaman fisik dan interaksi
·
Anak
belajar melalui bermain
·
Anak
belajar dengan cara yang berbeda
Sesuai
dengan prinsip belajar anak tersebut maka karekteristik belajar anak juga akan
berbeda, berbeda dari orang dewasa. Hal ini sesuai dengan karakteristik
perkembangan yang dimiliki anak tersebut.
Karakteristik
cara belajar anak antara lain:
1.
Anak
belajar melalui bermain.
Menurut
solehuddin, Sue Dockett dan Marilyn Fleer : 2000, mengemukakan bahwa bermain
bagi anak usia dini memiliki karakteristik:
-
Simbolik
-
Bermakna
-
Bermain
aktif
-
Bermain
adalah kegiatan menyenangkan
-
Bermain
adalah kegiatan sukarela atau volunter
-
Bermain
ditentukan oleh aturan
-
Bermain
adalah episodik
2.
Anak-anak
belajar dengan cara membangun pengetahuannya
Menurut
Rieta De Vries (2000), cara terbaik untuk membangun pengetahuan seorang anak
sendiri adalah dengan:
-
Memberi
kegiatan membangun pengetahuan yang berkaitan dengan minat anak.
-
Menjalin
kerjasama antara orang dewasa dengan anak, dan antara anak dengan anak lainnya
dalam berinteraksi dengan lingkungannya melalui eksplorasi dan manipulasi.
3.
Anak
belajar secara alamiah
Bobbi
Fisher (2002) mengemukakan bahwa anak belajar secara alamiah, bukan atas
paksaan orang dewasa. Proses belajar yang bersifat alamiah ini muncul apabila
lingkungan sekitar anak menstimulasi dirinya melalui penyediaan fasilitas yang
dirancang, sehingga mengundang anak untuk belajar. Misalnya orang tua yang
dirumahnya sering menunjukkan kegiatan membaca dan menulis didepan anaknya,
akan memberikan kemungkinan kepada anak untuk meniru apa yang akan dilakukan
orang tuanya.
4.
Anak
belajar paling baik apabila yang dipelajarinya mempertimbangkan keseluruhan
aspek pengembangan, bermakna, menarik, dan fungsional
Dalam
kaitannya dengan kebermaknaan dalam belajar, M. Solehuddin (2000) mengutip
kesimpulan Bredekamp dan Resegrant bahwa anak akan belajar dengan baik dan
bermakna apabila:
-
Anak
merasa aman secara psikologis serta kebutuhan fisiknya terpenuhi
-
Anak
mengkonstruksikan pengetahuannya
-
Anak
belajar melaslui interaksi sosial denga orang dewasa dan anak-anak lain.
-
Anak
belajar melalui bermain
-
Minat
dan kebutuhan anak terpenuhi
-
Unsur
variasi individu anak diperhatikan.
Selain karakteristik belajar dalam setiap kegiatan yang dilakukan,
guru harus memprtimbangkan secara cermat setrategi pembelajaran apa yang akan
digunakan untuk memudahkan anak belajar.
Ada beberapa strategi pembelajaran umum yang dapat digunakan,
strategi tersebut pada umumnya lebih menekankan pada aktivitas anak dalam
belajar, namun tidak berarti peran guru pasif. Guru harus berperan sebagai
fasilitator yang dapat memberikan kemudahan dan kelancaran pada anak dalam
proses belajar.
Jenis
jenis strategi pembelajaran tersebut adalah :
1.
Meningkatkan
keterlibatan indra
2.
Mempersiapkan
isyarat lingkungan
3.
Analisis
tugas
4.
Scaffolding
5.
Praktik
terbimbing
6.
Undangan
atau ajakan
7.
Refleksi
tingkah laku/ tindakan
8.
Refleksi
kata kata
9.
Contoh
atau modeling
10.
Penghargaan
efektif
11.
Menceritakan/
menjelaskan/ menginformasikan
12.
Do
it signal
13.
Tantangan
14.
Pertanyaan
15.
Kesenyapan
Strategi
tersebut dapat diintregasikan dalam keseluruhan proses pembelajaran, sehinnga tercipta
kegiatan pembelajaran yang bervariasi.
DAFTAR PUSTAKA
Makmur, Jamal
Asmani. 2009. Manajemen strategi PAUD. Jogjakarta. Diva Press.
Masitoh. 2007.
Strategi Pembelajaran TK. Jakarta. Universitas terbuka Departemen Pendidikan Nasional.
Chatib, Munif
dan Alamsyah Said. 2012. Sekolah anak-anak Juara. Bandung. Mizan Pustaka.