Senin, 01 April 2013

STRATEGI PEMBELAJARAN ANAK USIA DINI




Dalam dunia pendidikan yang masih belum mempunyai standarisasi adalah dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran. Sangat sulit menerapkan standarisasi proses pengajaran karena objek penilaiannya adalah manusia yang paradoks dan tidak konsisten. Psikolog Abraham maslow yang mempelajari karakter manusia selama lima puluh tahun tidak juga mampu mengetahui  dengan pasti keinginan manusia. Kerena sifat manusia itulah standarisasi untuk pembelajaran pada manusia sulit.
Sistem pangajaran memiliki prosedurnya sendiri, yang dikenal dengan istilah rencana pengajaran atau lesson plan. Rencana pengajaran tidak bersifat mutlak dengan nilai validasi sangat fleksibel mengikuti kecenderungan gaya belajar murid. Tak ada satupun model lesson plan yang paling benar terhadap lesson plan lainnya. Semuanya dapat dirancang sesuai kondisi belajar murid. Lesson plan juga tidak bersifat abadi selama bertahun-tahun karena ia bersifat dinamis mengikuti gaya belajar murid. Hanya saja, satu hal yang tidak boleh dilakukan guru ketika mnegajar yaitu mengajar tanpa lesson plan. Karena hal itu bukti keprofesionalan guru.
Kemudian agar lesson plan tersebut berjalan dengan lancar diperlukan pembelajaran yang menarik dan menyenangkan. Haltersebut bisa dibungkus dengan permainan,suasana riang, bernyanyi, menari dan hal menyenangkan lainnya. Bukan dengan pendekatan pembelajarn yang penuh dengan tugas berat apalagi dengan tingkat pengetahuan, keterampilan dan pembiasaan yang tidak sederhana lagi, seperti paksaan untuk membaca, menulis, berhitung dengan swgala pekerjaan rumahnya yang melebihi kemampuan anak-anak.
Pada usia lima tahun, umumnya anak-anak ( baik secara fisik maupun kejiwaan) sudah siap untuk belajar hal-hal yang semakin tidak sederhana dan barada pada waktu yang cukup lama disekolah. Setelah usia 3-2 tahun, anak mengalami perkembangan yang cepat. Pada usia 6 tahun, umumnya anak-anak telah mengalami perkembangan dan kecakapan bermacam-macam keterampilan fisik.mereka sudah dapat melakukan gerakan seperti, melompat, menangkap, melempar dan menghindar. Mereka juga sudah dapat neik sepeda mini atau sepeda roda tiga. Kadang untuk anak tertentu keterampilan ini dikuasai pada usia 4-5 tahun.
Oleh karena itu, menurut montessori, guru dan lingkungan memiliki beberapa pengaruh terhadap perkembangan kecerdasan anak, sebagai berikut:
·         80% aktivitas bebas dan 20% aktivitas yang diarahkan guru.
·         Melakukan berbagai tugas dan mendorong anak memikirkan tentang hubungan dengan orang lain.
·         Menawarkan kesempatan untuk menjalin hubungan sosial melalui interaksi yang bebas.
·         Dalil-dalil ditemukan sendiri, tidak disajikan oleh guru.
·         Aturan pengucapan dapat melalui pengenalan pola, bukan dengan hafalan.
·         Setiap aspek kurikulum melibatkan pemikiran.
Menurut pendekatan high/scope, anak memiliki potensi untuk mengembangkan pengetahuannya melalui interaksi dengan lingkungannya. Lingkungan belajar harus dapat mendukkung aktivitas belajar.
Belajar adalah proses perubahan perilaku berdasarkan pengalaman dan latihan. (S.Nasution: 1985). Kemudian dari pengertian tersebut, unsur unsur belajar adalah:
-          Proses/kegiatan, dalam belajar akan terjadi proses atau kegiatan yang dilakukan oleh individu yang sedang belajar, apakah kegiatan belajar diluar kelas atau didalam kelas.
-          Pengalaman, ketika belajar individu melakukan interaksi dengan kegiatan belajar. Dari hasil interaksi antara anak dan lingkungan belajar akan menimbulkan pengalaman belajar.
-          Perubahan perilaku yang merupakan hasil belajar, setelah seseorang belajar maka akan berubah perilakunya baik pengetahuan sikap dan keterampilan.
Untuk melaksanakan proses pembalajaran tidak hanya terbatas pada lesson plan dan mengetahui unsur belajar saja, tapi diperlukan mengetahui prinsip belajar karena mengetahui dan memahami prinsip belajar akan menentukan proses belajar.
Prinsip belajar tersebut adalah:
·         Anak adalah pebelajar yang aktif
·         Belajar anak dipengaruhi kematangan
·         Belajar anak dipengaruhi kematangan
·         Anak belajar melalui kombinasi pengalaman fisik dan interaksi
·         Anak belajar melalui bermain
·         Anak belajar dengan cara yang berbeda
Sesuai dengan prinsip belajar anak tersebut maka karekteristik belajar anak juga akan berbeda, berbeda dari orang dewasa. Hal ini sesuai dengan karakteristik perkembangan yang dimiliki anak tersebut.
Karakteristik cara belajar anak antara lain:
1.      Anak belajar melalui bermain.
Menurut solehuddin, Sue Dockett dan Marilyn Fleer : 2000, mengemukakan bahwa bermain bagi anak usia dini memiliki karakteristik:
-          Simbolik
-          Bermakna
-          Bermain aktif
-          Bermain adalah kegiatan menyenangkan
-          Bermain adalah kegiatan sukarela atau volunter
-          Bermain ditentukan oleh aturan
-          Bermain adalah episodik
2.      Anak-anak belajar dengan cara membangun pengetahuannya
Menurut Rieta De Vries (2000), cara terbaik untuk membangun pengetahuan seorang anak sendiri adalah dengan:
-          Memberi kegiatan membangun pengetahuan yang berkaitan dengan minat anak.
-          Menjalin kerjasama antara orang dewasa dengan anak, dan antara anak dengan anak lainnya dalam berinteraksi dengan lingkungannya melalui eksplorasi dan manipulasi.
3.      Anak belajar secara alamiah
Bobbi Fisher (2002) mengemukakan bahwa anak belajar secara alamiah, bukan atas paksaan orang dewasa. Proses belajar yang bersifat alamiah ini muncul apabila lingkungan sekitar anak menstimulasi dirinya melalui penyediaan fasilitas yang dirancang, sehingga mengundang anak untuk belajar. Misalnya orang tua yang dirumahnya sering menunjukkan kegiatan membaca dan menulis didepan anaknya, akan memberikan kemungkinan kepada anak untuk meniru apa yang akan dilakukan orang tuanya.
4.      Anak belajar paling baik apabila yang dipelajarinya mempertimbangkan keseluruhan aspek pengembangan, bermakna, menarik, dan fungsional
Dalam kaitannya dengan kebermaknaan dalam belajar, M. Solehuddin (2000) mengutip kesimpulan Bredekamp dan Resegrant bahwa anak akan belajar dengan baik dan bermakna apabila:
-          Anak merasa aman secara psikologis serta kebutuhan fisiknya terpenuhi
-          Anak mengkonstruksikan pengetahuannya
-          Anak belajar melaslui interaksi sosial denga orang dewasa dan anak-anak lain.
-          Anak belajar melalui bermain
-          Minat dan kebutuhan anak terpenuhi
-          Unsur variasi individu anak diperhatikan.
Selain karakteristik belajar dalam setiap kegiatan yang dilakukan, guru harus memprtimbangkan secara cermat setrategi pembelajaran apa yang akan digunakan untuk memudahkan anak belajar.
Ada beberapa strategi pembelajaran umum yang dapat digunakan, strategi tersebut pada umumnya lebih menekankan pada aktivitas anak dalam belajar, namun tidak berarti peran guru pasif. Guru harus berperan sebagai fasilitator yang dapat memberikan kemudahan dan kelancaran pada anak dalam proses belajar.
Jenis jenis strategi pembelajaran tersebut adalah :
1.      Meningkatkan keterlibatan indra
2.      Mempersiapkan isyarat lingkungan
3.      Analisis tugas
4.      Scaffolding
5.      Praktik terbimbing
6.      Undangan atau ajakan
7.      Refleksi tingkah laku/ tindakan
8.      Refleksi kata kata
9.      Contoh atau modeling
10.  Penghargaan efektif
11.  Menceritakan/ menjelaskan/ menginformasikan
12.  Do it signal
13.  Tantangan
14.  Pertanyaan
15.  Kesenyapan
Strategi tersebut dapat diintregasikan dalam keseluruhan proses pembelajaran, sehinnga tercipta kegiatan pembelajaran yang bervariasi.








DAFTAR PUSTAKA

Makmur, Jamal Asmani. 2009. Manajemen strategi PAUD. Jogjakarta. Diva Press.

Masitoh. 2007. Strategi Pembelajaran TK. Jakarta. Universitas terbuka Departemen   Pendidikan Nasional.

Chatib, Munif dan Alamsyah Said. 2012. Sekolah anak-anak Juara. Bandung. Mizan Pustaka.