Kamis, 12 Januari 2012

Takut

Takut melihat punggungnya menjauh, memalingkan wajahnya kearah berlawanan, selangkah demi selangkah meloncat melewati kubangan kenangan.
Berdiri tegak berpuluh kilometer atas fisik yang kecil disini. perlahan dan pasti, berjalan dan berlari melewati peristiwa yang nanti hanya seperti sampah, siapa aku,dia dan kita tak terekam lagi oleh sistem limbik.
Seperti halnya yang sudah pernah ada dilembar catatan sinaps. ditempat itulah semuanya terjaditransparan, membayang dan menghilangdan pada titik klimaks menjadi punah tak ditemukan lagi.

Di kota itu, di gedung itu yang sama pula miniatur miniatur bentuk yang serupa cerita itu dimulai dengan senyum kesuksesan, teriakan keberhasilan dan sejuta bintang yang digenggam.
Namun disitu juga senyum kesuksesan pesakitan tertancap, teriakan keberhasilan menyingkirkan sagala bintang yang digenggam.
ketakutan yang sama oleh 1 hati akan 2 bintang yang sudah tertempel lekat oleh ikatan rasa yang sejuta warna yang mesti penglihatan ini tak ingin terbuka tetap saja syaraf ini memaksa melihat hal yang tak pernah diinginkan penglihatan
pada akhirnya pikiran, hati, penglihatan juga pendengaran akan melepaskan perlahan tali yang mengikat ditangan ketakutan. dan ketakutan akan selamanya jadi ketakutan yang selalu takut atas tempat pelabuhan bintang bintang.