Kamis, 03 Agustus 2023

niken bab 4

Perjalanan pulang kembali ke Solo tidak kalah serunya, dan lebih kepada nekat ala-ala anak muda yang menantang alam. Diawali dengan main kesebuah danau di Magetan, orang-orang menyebutnya Telaga Sarangan. Disana duduk sebentar memangdangi keindahan telaga diatas gunung dikaki gunung lawu, nah gimana tuh geografisnya, pokoknya masih diatas lah itu si telaganya. setelah puas berkeliling sebentar kemudian membeli makanan khas oleh-oleh Telaga Sarangan. 

Melihat langit yang mulai menggelap pertanda hujan sebentar lagi akan membasahi kami bersegera pulang kembali ke solo. Benar saja 30 menit kemudian hujan turun, kami yang tidak membawa jas hujan, "Mbak, gimana? berhenti dulu ta?" niken menawarkan untuk berteduh dulu, "Nanggung Ken, hujannya gak seberapa deres juga ini" jawabku, karena aku yang didepan menyetir merasa ini hujan tidak begitu mengganggu, "Terabas saja gimana Ken?" saranku. "Oke Mbak" jawab niken setuju.

Ternyata perkirraanku salah hujan ini tidak selembut itu, semakin lama semakin deras ditambah angin, tapi kami terlanjur basah, mau berhenti berteduh juga nanggung, tapi mau lanjut juga serem dengan jalan naik turun pegunungan. Dengan rasa percaya diri yang nekat akhirnya perjalanan menerjang hujan angin diatas gunung menjadi pengalaman yang menegangkan, bak roler coster, kadang kita berterian karena jalanan yang curam atau serem, atau pas aliran air muai deras dari atas atau samping tebing jatuh ke jalan yang ami lalui. Setelah satujam perjalanan akhirnya kami sampai juga di kamar asrama.

Pertemanan kami bak kakak adik, melalui banyak fase, kadang aku yang kekurangan, kadang kala niken, beli nasi sebungkus berdua atau ambil makanan dikantin 1 dimakan berdua karena salah satu dari kami kadang belum bayar uang asrama. Beberapa temanku juga temannya dan sebaliknya beberapa temannya juga temanku. Sehingga circle pertemanan kami beririsan.