Minggu, 12 Agustus 2018

Dinasti Muhammadiyah 1

pasti judul tulisan ini akan banyak mendapat cacian kalau ada yang membaca, bahkan tak terima kalau ku bilang dinasti muhammadiyah. karena nyatanya muhammadiyah bukanlah dinasti melainkan organisasi masyarakat dengan segudang gerakannya mempunyai tujuan yang sangat mulia " menciptakan masyarakat islam yang sebenar benarnya" tentu tujuan ini tidak mudah jalan terjal itulah rutenya. KH. Ahmad Dahlan sang creator sudah memikirkan panjang bagaimana arah gerak muhammadiyah ke depan pada era digital dengan kebutuhan anggotanya yang bermacam juga berjuta kepentingannya.

muhammadiyah yang selalu pada rule Allah juga Sunnah Nabi Muhammad menjadikan organisasi ini berkembang cepat dan banyak pengikutnya terbukti dari jumlah warga saat ada pertemuan akbar pasti mencapai ratusan ribu atau mungkin jutaan orang karena tak pernah tau pasti angka warga muhammadiyah karena anggota atau warga muhammadiyah yang mempunyai kartu anggota juga tak mencapai separuhnya sehingga kemungkinan angka pasti anggota sulit dilacak.

muhammadiyah dengan banyak gerakannya bisa diterima oleh berbagai kalangan dan lapisan masyarakat, pengabdian muhammadiyah untuk umat tak henti hentinya. mulai dari gerakan pencerahan, gerakan al-maun yang menjadi ruh, gerakan berkemajuan dan lain sebagainya. amal usahanya pun puluhan ribu tersebar dipenjuru, mulai dari segi pendidikan, muhammadyah punya sekolah untuk anak 0 tahun hingga perguruan tinggi, rumah sakit, klinik, balai pengobatan yang menyebar, toko, lembaga perekonomian juga tak kalah banyaknya, lebaga zakat juga apalagi yang kiprahnya sungguh luar biasa dan saat ini pun donasi yang biasanya ada di minimarket sebut saja Alfamart disalurkan ke lembaga zakat muhammadiyah, peran dalam perdamaian, sosial, hingga kebencanaan yang sudah mendunia bahakan sampai ke palestina dan negara konflik lainnya, perlindungan terhadap anak dan perempuan juga ikut menjadi gerakan muhammadiyah.
bayangkan sebayak itu peran muhammadiyah, betapa luar biasanya randangan Kh\H. ahmad dahlan juga anggotanya.

kalau kalian bertemu dengan orang muhammadiyah dan bertanya kenapa mau melakukan ini semua, pasti akan dijawab dengan lantang, kami melakukan ini hanya untuk mendapat Ridho Allah, ikhlas berjuang, mengorbankan harta, waktu, tenaga, pikiran dan semua yang ia miliki untuk menjadikan tujuan muhammadiyah " tercapainya masyarakan islam yang sebenar benarnya" ini terwujud.

lalu bagaimana sisi lainnya. mungkin kalau Ahmad dahlan masih hidup akan marah melihat sisi ini.
permasalahan akan muncul banyak ketika amal usaha muhammadiyah semakin menjamur. iya, siapa yang akan mengelolah? bagaimana kelanjutannya kelak.

nyatanya sekarang banyak pimpinan, pengelolah yang tidak jauh dari dinasti. kenapa begitu? jika kerajaan atau dinasti yang sesungguhnya adalah mereka yang masih saudara, keluarga inti, bahkan teman dekat. begitu pula dengan muhamamdiyah. yang didalamnya tidak jauh beda mulai dari kaken, nenek, ayah, ibu, anak, cucu, cicit semua jadi satu. jika sang ayah adalah ketua, kakek penasehat, ibu dibagaian lain, nak kepala, ponakan, cucu, cicit dan seterusnya, semua ada ikatan saudara, bertaliakn darah, kalau ditanya ini adalah sebuah bentuki perkaderan biologis agar muhammadiyah tidak lenyap begitu saja. iya boleh, bagus namun jika sudah semua adalah keluarga lantas siapa yang akan menjadi kontrol sosial dan kontrol yang lain?bagaimana dengan keputusan netral? keuangan? yang menjadi hal sensitif. semua akan baik saja jika berjalan sesuai rule muhammadiyah. nyatanya TIDAK tak pernah bejalan begitu. kalau ada orang lain masuk yang notabene bukan dari keluarga dan dia cemerlang, punya potensi bagus haha tenang saja tak akan lama dia bertahan di dinasti itu. ada saja model penyingkirannya, mulai dari elegan sampai yang kasar. silahkan saja di cek ke berbagai daerah apakah ini benar terjadi. dan pasti banyak oknum model muhammadiyah yang begini.

sedih... pasti, marah, kecewa. bahkan ahmad dahlan kalau mengetahui hal ini hatinya akan terkuka.

#mohon maklum jika ada kesalahan huruf atau tulisan karena sang penulis mempunyai gangguan disleksia