Kak!
Kudengar ada yang memanggil ku, tapi ku birkan lalu begitu saja karena pikirku
tak mungkin ada yang memanggil ku di tempat ini, kampus 2 dan perpustakaan
bukan tempat biasa teman teman ku nongkrong atau sekedar berkumpul untuk mengerjakan tugas kuliah, ,mereka lebih memilih kumpul di
rumah siapa atau kos siapa. Sore sore begini memang selalu menyenangan berada
di kampus 2 dan perpustakaan, tak banyak orang, adem, karena jam segini kelas sudah
banyak selesai hanya tinggal kelas pengganti, atau mahasiswa teknik yang
tugasnya seabrek, mungkin hanya beberapa mahasiswa yang menyukai membaca dan
perpustakaan, suasana yang seperti ini cocok untuk ku menghabiskan sisa hari
sebelum pulang dan memulai kelas malam.
Kak! suara itu memanggilku lagi, ku putuskan
untuk menoleh dan melihat siapa.
Ternyata
sosok laki laki lebih tinggi dari ku, celana jins panjang longgar dengan saku
besar pada kanan kiri nya, jaket biru khas fashion anak tahun 90 an yang
sebenarnya jarang ku temui di kampus, memakai tas selempang sebesar map ukuran
folio. Berjalan ke arahku dengan sedikit berlari, entah apa yang membuatnya
terlihat terburu buru seolah sedang mengejarku. Setelah agak dekat kujawab
panggilannya “iya? Kamu memanggilku?” karena aku tak begitu familiar dengan
wajah dan postur tubuhnya.
“hay
kak! Aku pik partner kamu satu bidang” sambil menjulurkan tangan seolah mengajak berjabat tangan dia menjawab
pertanyaan ku dan sedikit memperkenalkna dirinya. Sepersekian detik aku
mengaduk ngaduk memoriku tentang laki laki ini sedikit agak lama ku
menemukannya “eymm oh iya, kamu yang ketua bidang ku itu kan? Maaf aku belum
tau kamu yang mana” dengan ekspresi nyengir ku jawab dan menelangkupkan kedua
telapak tangan “maaf begini saja ya salamannya” karena memang aku membatasi
untuk bersentuhan dengan laki laki. “iya tak apa” jawabnya “ aku sebenarnya
sudah pernah bertemu dengan mu beberapa kali” sambungnya “ oh iya? Hehe maaf ya
aku orang nya tidak mudah menghafal orang apa lagi jika bertemunya taka da
obrolan yang Panjang atau hanya sekedar berkenalan” aku langsung menyahut
dengan nada yang kaget “ haha tak apa, santai…aku mengerti” jawabnya sambal
tertawa solah dia sudah biasa dengan situasi seperti ini.
Aku
memang anak baru beberapa bulan berada di organisasi itu dan sudah mendapat
amanah seperti merekan yang sudah berada di 2 tahun, entah pantas atau tidak yang ku
dapatkan ini entah disebut keberuntungan atau sebuah amanah yang keren atau
sebuah beban yang berat. “kamu punya waktu sore ini kak? Aku ingin ngobrol denagnmu
” kaliamatnya membuyarkan sedikit lamunanku, “eh.. eh iya, ada, mau ngobrolin
apa?” sedikit tergagap ku sahut pertanyaannya dan dengan cepat ku buat seolah
aku biasa saja menghadapi laki-laki ini yang jujur saja mengagetkan ku dengan
tampang dan gayanya bersama segudang pertanyaan besar bergelantungan di
kepalaku. “begini, kita kan partner dibidang yang sama, dan kita sudah harus
mulai menyusun program kerja dan persiapan pelantikan nanti” jelasnya “ sebentar, sebelum kesana aku masih penasaran
deh, kalian ini bisa tau aku dari mana? Dan kenapa milih aku sebagai partner
dibidang ini? Secara aku masih baru,lagi pula aku juga enggak tau apa-apa soal
organisasi ini dan masih belajar”. Sambil jalan perlahan dan cari tempat untuk
bisa ngobrol enak aku mulai dengan meminta penjelasan, “eh mas, duduk disana
aja yuk biar enak ngobrolnya” aku nunjuk sebuah anak tangga yang lebar dan
teduh tepat dibawah pohon yang rindang agar sinar matahari sore tidak begitu
terasa karena tertutup oleh pohon, areal perpustakaan ini memang banyak pohon
yang rindang sehingga tidak salah kalau dijadikan tempat ngumpul para mahasiswa
untuk sekedar ngobrol sore atau kajian kajian kecil. “ boleh” sahutnya kami duduk
berhadapan dan dia mulai menjelaskan “oh itu? Kenapa?”, “ enggak sih cuma
binggung aja” jawabku “sebenarnya aku sudah tau kamu dari awal kamu masuk
kampus ini, dan aku tau kamu dari teman sekamar ku,eymm aku sih yang nanya dan
dia cerita tentang mu, background organisasi mu, makanya aku milih kamu jadi
partner ku karena pikirku kamu bakalan cocok ada di bidang ini” jelasnya “heymm
tapi kan organisasi sebelumnya ranah gerakannya berbeda ya walaupun keduanya
lahir dari induk organisasi yang sama, dan aku juga belum tau apa apa lho”
tambah ku “ tak apalah kak nanti kita sama sama belajar” dia mencoba
menyakinkan ku “baiklah I’ll try,” jawabku sambil kuimbuhkan senyum optimis dan
dia pun membalas senyum ku seolah berkata yes. “baiklah kalau begitu kita mulai
dari mana pembahasannya?” aku mulai meminta segera membahasnya “jadi, tugas
kita adalah menyusun program kerja bidang ini dilingkupan internal dan
eksternal, nah nanti kita bagi siapa di internal dan siapa di eksternal. Aku
sudah buat draft beberapa proker atau program kerja formalitas dan ritualitas yang ada di bidang
kita dari tahun ke tahun. Nanti menurutmu mau ditambahin atau dikurangin,
terserah kita diskusi saja” begitu penjelasannya yang entah kenapa tiba tiba
dia terlihhat keren saat menjelaskan itu, sambil mengeluarkan laptop dari tas
oldiesnya. ya sih tampilannya memang tidak seperti kebanyakan mahasiswa yang
modis layaknya idola para gadis tapi lebih ke yang anak gaul berantakan tapi
masih good looking lah. Dinyalakannya laptop, diposisikan sedikit dimiring
sehingga kami berdua bisa melihat dengan jelas, hymm benar seperti dugaanku
pria ini memang tampilan luar berantakan tapi rapi didalam. Terlihat dari
bagaimana tata letak file di laptopnya, tersusun rapih perjudul, pertopik, dan
ah aku suka pengaturannya. Pik mulai menjelaskan satu persatu proker yang ia
perlihatkan, aku menyimak dengan seksama penjelasannya, mulai mencoba memahami
setiap detail penjelasanya dan ternyata banyak hal baru yang kudapatkan. “ eh
tunggu deh mas pik, segini banyaknya itu dikerjakan dalam setahun? Apa enggak
padet nantinya? Trus dengan bidang yang lain gimana?” dengan keluguan aku
bertanya “makanya itu kita perlu diskusiin ini berdua mana prioritas dan mana
yang kalau tidak bisa kekejar untuk dikerjakan tidak akan pengaruh apa apa” dia
mulai menjelaskan lagi panjang lebar, kami berdiskusi panjang saling bertukar
ide dan gagasan, sampai tak terasa sekitar mulai sepi, satu persatu mahasiswa
yang tadinya banyak mulai menghilang, disebelah barat langit juga sudah mulai
terlihat memerah dan kami tersadarkan oleh suara tilawah dari masjid kampus
yang menandakan bahwa waktu maghrib akan segera tiba. “ eh mas, kayaknya udah
mau maghrib nih dan aku harus segera balik, ada kelas sehabis sholat maghrib
lagi pula jamaah sholat maghribku wajib dan diabsen kayak anak TK gitu hehe”
aku kasih kode bahwa aku harus segera balik “ eh iya kak, sorry enggak kerasa
udah mau maghrib gini, tapi ini kan belum selesai, kalau besok kamu ada waktu?
Karena lusa kita mulai rapat besar di secretariat” tambahnya “ iya mas, boleh,
jam nya seperti hari ini saja ya, tempat juga disini, gimana?” tawarku “ iyaa
siap,,, aku besok seharian kosong enggak ada kuliah” dia meng iyakan tawaran ku
dan aku hanya menjawab dengan senyum sambil mengacungkan jempol. Setelah
berberes kami berjalan bersama untuk pulang, “ oh iya kak, kamu pulang naik
apa?” pertanyaannya memecahkan keheningan diantara kami saat berjalan menuju
pulang, “jalan kaki mas” jawabku “serius? Ku antar saja ya? Jauh lho, aku bawa
motor kok” sedikit kaget dengan tawarannya, karena ku kira dia tidak bisa
boncengan dengan wanita, secara yang ku tau dia tinggal di salah satu pondok
kampus kami. “hehe, enggak usah mas, aku jalan kaki saja, udah biasa kok”
sambil sedikit nyengir aku berusaha menolak dengan halus, berharap dia juga
tidak tersinggung dengan penolakan ku “ baiklah, ini sudah sampai parkiran. Aku
pulang dulu kalau gitu ya, kamu hati hati dijalan kak!” sambungnya “okay,
Assalamu’alaikum, sampai bertemu besok mas.” Jawab ku mengakhiri pertemuan
kami. Aku meneruskan perjalanan pulang, dalam hati, semoga laki laki ini bisa
menjadi teman diskusi, dan semoga nanti aku bisa cocok berpartner dengan nya.
Baik juga sih orang ini, sambil senyum senyum aku mengingat kembali diskusi
kami tadi, dan tak terasa aku sudah sampai kamar.