Kamis, 18 Desember 2014

Warna Muktamar Setengah Abad




25 mei sampai 1 Juni 2014, salah satu hari bersejarah yag luar biasa untukku, yang tidak hanya mengubah hajat hidup banyak orang dan masyarakat ikatan tetapi ada perubahan eh bukan, lebih tepatnya ada penambahan sejarah dalam memori otakku ini.

Yah…..di hari itu terjadilah muktamar setengah abad imm, even setingkat nasional yang luar biasa, sedangkan aku yang biasa saja ditakdirkan Allah menjadi bagian dari itu, persiapan yang sungguh luar biasa pula. Dimulai dari geragan politis hingga teknis yag benyak menguras tenaga dan pikiran.
DPD IMM Jawa Tengah menjadi tuan rumah untuk even megah ini, yang bererti juga ini even bukan hanya milik pimpina DPD IMM Jawa Tengah melainkan seluruh masyarakat IMM Jawa Tengah, termasuk aku adalah bagian kecil itu. Aku yang saat itu tertakdir menjadi sekretaris umum PC IMM Sukoharjo dan lagi lagi takdir Allah terjadi muktamar di UMS, hehe universitasku saat ini, universitas muhammadiyah terbesar dan termandiri di wilayah Jawa Tengah sehingga even ini diselenggarakan di UMS, itu artinya giliran teman-teman IMM Surakarta dan Sukoharjo secara kitalah sang penghuni UMS. Yaah……muktamar segera disongsong oleh kami pimpinan cabang sebagai panitia local teknis dan DPD IMM sebagai panitia local besar secara konseptor dan teknis. Dan taraaaa………..persiapan 2 bulan sebelumnya  sudah terjadi mulai agenda politis permintaan kerjasama, pematangan konsep, pembentukan panitia hingga pelaksanaan pengeluaran surat-surat.
Heemmm,,,,,bisa di tebak secara aku adalah tertakdir sebagai sekretaris umum maka aku diamanahi sebagai tim kesekretariatan dalam even ini, hahaha lagi lagi urusan administrasi, surat-surat, kertas kertas lagi­­­­­­­ padahal aku juga tak pandai dalam hal beginian, Taufiq ajah samapai setres ngajari aku selama 2 tahun dalam keadministrasian sedangkan aku gag pinter-pinter juga..dan nyatanya aku tetap membidangi ini.

Yaah…kembali ke muktamar…
Aku takkan menceritakan jalannya persiapan muktamar yang ribeeettt dan penuh semua jenis emosi manusia. Yang akan ku ceritakan adalah sisi lain dari sebuah cerita muktamar. Dari sudut pandangku tentunya.
Muktamar….

Ada cerita kekeluargaan….

Disana ada sebuah cerita kekeluargaan yang ajaib, menyatukan 2 keluarga yang sejak lama saling bersebrangan gagasan, ide juga saling bersaing secara ikatan namun, sejak saat itu semua menyatu melebur demi sebuah kesuksessan entahlah yang awalnya dinomer2kan hingga dihilangkan, kini kami saling membantu, Surakarta dan Sukoharjo sekarang berangkulan.

Minggu, 14 Desember 2014

saling mencari

Suara : @dokterfina
Cerita : @kurniawangunadi
Backsound : Ost. Nine
(c)Medan, 12 Desember 2014

SALING MENCARI

Kisah ini adalah tentang dua orang anak manusia yang melakukan pencarian. Masing-masing melakukan perjalanan panjang, berliku, penuh dengan pertanyaan.
Kita tidak pernah akan tahu siapa yang ternyata mencari kita sampai kita bertemu dengan orang tersebut. Kita tidak akan pernah tahu siapa yang ternyata diam-diam mendoakan kita menjadi takdirnya sampai kita bertemu dengan orang tersebut.
Kita semua bergerak melakukan perjalanan dengan cara kita masing-masing, mencari dengan cara kita masing-masing, bertemu dengan caranya masing-masing. Ada yang tidak tahu (si)apa yang sebenarnya ia cari, ada yang tahu persis tentang (si)apa yang ia cari. Ada yang menempuh jalan terang benderang, ada yang harus melewati kegelapan. Meraba-raba dengan tangannya.
Kita semua digerakkan oleh keadaan. Digerakkan oleh usia yang beranjak naik, digerakan oleh kehidupan yang terus berganti. Meski kita ingin berhenti, alam membuat langkah kaki kita tidak bisa berhenti lama. Hanya sebentar, sejenak. Kita mungkin mengeluh mengapa tak kunjung bertemu hingga terasa semua daya telah digunakan, semua cara telah dipakai, semua jalan telah ditempuh. Rasanya berputar-putar pada satu pertanyaan yang sama; (Si)apa yang kita cari?
Kita akan terus mencari, saling mencari. Dan pada akhirnya kita akan bertemu dan tersenyum, karena kita merasa sama-sama menemukan. Tak ada satupun dari kita yang berdiam diri. Meski itu sebatas doa. Bukankah doa mampu menggerakkan takdir-Nya?