Jumat, 18 Mei 2012

6 Dari 36 sifat Pendidik Yang Menghambat Pembelajaran

Berfikir apa yang telah kita lakukan atau tindakan kita adalah yang paling tepat bagi pendidikan anak kita atau anak didik kita, pasti yang kita pilihkan adalah yang terbaik pula pagi perkembangan mereka, kemudian dengan seenaknya kita memperlakukan mereka dengan pemahaman bahwa sifat kita dalam mendidik adalah yang paling sempurna bagi mereka. Heym.....benarkah demikian?? Pernahkan dalam renungan kita berfikir adakah yang salah dengan sifat kita ketika kita menemukan berbagai masalah yang terjadi. Seperti anak suka memprotes bahkan membangkang, mereka jadi pendiam terhadap kita dll. Jangan pernah beranggapan bahwa ketika itu terjadi merekalah yang bermasalah bukan kita sebagai orang dewasa yang bersalah.

Mari kita renungkan 6 sifat berikut sebagai sifat oarng dewasa / guru / orangtua yang menhambat pengajaran atau pembelajaran. Mungkin terdapat pada diri kita. Ke 6 sifat tersebut adalah :
1. Merasa Paling Benar
“ kalian masih kecil tahu apa?? Sedang ibu kan sudah banyak pengalaman, jadi menurut sajalah apa kata ibu, pasti semua beres. “
Nah....apakah kita pernah mengatakan ini pada anak – anak? Ataukah kita pernah bertemu dengan kalimat ini?
Maka berhati hatiah dengan kalimat ini, perlu kita ketahui bahwa sebenarnya kalimat ini akan terasa biasa saja jika ditujukan untuk mereka yang berusia 18 tahu keatas atau mereka yang sudah dewasa. Tetapi ini akan terasa luar biasa jika kalimat ini kta tujukan untuk anak – anak atau bahkan anak usia dini. Karena kalimat ini atau semacam ini akan menghambat komunikasi anak atau kemampuan verbal anak. Ketika kalimat ini diucapkan maka serasa sudah tidak ada pembenaran terhadap kalimat atau perilaku anak. Sehingga anak akan terdiam pdahal dalam otak mereka sudah tersusun sebuah kalimat ide. Tetapi tidak akan keluar jika sudah dihambat dengan kalimat di atas, juga akan menyumbat komunikasi antara kita dengan anak, dan anak akan beranggapan bahwa apapun yang mereka katakan tidak akan dianggap jadi mereka lebih memilih untuk diam.
2. Merasa Paling Tahu
Ini juga salah satu sifat orang dewasa yang menyebabkan penghambatan terhadap perkembangan pembalajaran. Kita menjadi sok tahu terhadap segala hal karena jika kita tidak tahu maka rsa malu terhadap anak akan menyelimuti, oleh karena itu untuk menutupi hal tersebut kita menjadi sosok sok tahu yang jawban tersebut adalah mengada ada.
Jika anak terlalu kagum dengan figur kita dan bila nanti kita telah melakukan khilaf karena sifat sok tahu kita dan anak mengetahuinya maka akan sulit termaafkan oleh anak.
Bersikap wajar, biarlah anak menilai kita sesuai dengan kelebihan dan kekurangan yang kita miliki. Jangan menjadi orang yang sempurna dimata anak dengan sok tahu yang nanti akibatnya akan menjadikan anak kita kecewa dengan sifat tersebut.
3. Membiarkan Anak Selalu Benar
Penanaman yang dimulai sejak kecil yaitu dengan selalu melemparkan kesalahan pada benda atau orang lain contohnya saja ketika anak jatuh kita mengatakan bahwa yang salah adalah kodok dan lain sebagainya, atau ketika anak kita nangis karena bertengkar dengan temannya kita mengatakan bahwa yang nakal adalah si A dll. Maka hal ini akan membentuk karakter tidak mau disalahkna dan selalu merasa benar. Yang berbahaya adalah ketika sifat ini akan terus terbawa sampai dewasa maka ini tidak akan bagus bagi perkembangan sosial anak, mereka akan menjagi orang yang egois, merasa menang sendiri, tidak mau disalahkan dll. Maka berhati hatilah dengan sifat yang satu ini meskipun kadang kita menganggap bahwa menyalahkan kodok atau benda yang lain akan bermanfaat pada waktu itu tetapi akibat kedepannya adalah tidak akan pernah menjadi baik.
4. Banyak Melarang Vs Menuruti Kemauan Siswa / Anak
Banyak melarang ini dan itu dengan banyak pertimbangan ini dan itu, mengekang, membatasi setiap pergerakan anak, hal tersebut tidak akan bagus untuk perkembangan emosi anak. Nanti pada titik klimaks dan anak sudah jenuh dengan semuanya maka dia akan melawan apa saja tindakan kita. Tentunya kita tidak menginginkan hal ini kan?
Kemudian jika sikap tersebut tidak baik kita mnegubahnya dengan menuruti segala permintaan anaka atau kemauan anak maka ini juga tidak akan baik bagi kehidupan sosial anak. Anak akan sulit bersosialisasi karena memiliki sifat  sangat egois dan tidak punya rasa toleransi.
Terus apa yang sebaiknya kita lakukan?
Berilah kesempatan pada anak untuk melakukan banyak hal yang disukai, asal baik da positif. Membuka diri untuk berkomunikasi agar bisa melihat dan memahami sudut pandang orang lain. Bangunlah kepercayaan pada anak dengan mengurangi larangan yang berlebihan juga kebebasan yang berlebihan pula.
5. Bukan Pendengar Yang Baik
Jika ingin kata kata kita di dengar , belajarlah menjadi pendengar yang baik terlebih dahulu. Ini adalah sebuah kalimat yang tentunya sering kita dengar sebagai pelajarn tentang harga menghargai. Jangan pernah berfikir bahwa kalimat ini berlaku pada orang dewasa saja tetapi kalimat ini juga di tujukaan untuk anak – anak.
Kadang nasehat kita hanya dianggap sebagai angin lalu oleh anak. Sikap anak seperti ini juga tidak jauh dengan sifat kita terhadap mereka. Maka mulailah menjadi pendengar yang baik bagi anak kita yakni perhatikanlah setiap cerita anak. Ajukan pertanyaan dengan antusias, sebagai wujud ketertarikan kita pada persoalan yang dihadapinya. Maka kita akan memahami permasalahan secara utuh dan benar.
6. Terburu – buru Mengambil Kesimpulan
Menyimpulkan seenaknya sendiri akan membuat anak merasa tertuduh dan salah melakukan hal tersebut.
Inilah sifat kita yang membuat anak merasa tidak berharga dan selalu berada pada situasi yang salah. Kita langsung saja menghukumi bahwa yang dilakukannya adalah salah dan tidak baik tanpa mendengar penjelasan anak atau menganbil kesimpulan yang salah tanpa mendengarkan penjelasan anak.
Maka mulailah dari sekarang menghilangkan sifat tersebut.
Dengarkanlah penjelasan mereka dan bicaralah saan anak siap mendengarkan.

Setelah kita mengetahui sifat sifat tersebut apakah kita rela melihat dan menjadikan kita penyebab penghambat perkembangan pendidikan kita? Jika tidak mulailah merubah semua sifat tersebut agar perkembangan anak menjadi maksimal.

Daftar pustaka : mengelola paud , Martuti.M

Tidak ada komentar: